Ekspo Tiongkok-ASEAN ke-10 dan KTT Perdagangan dan Investasi sedang digelar di Kota Nanning, Guangxi Tiongkok Barat Daya. PM Tiongkok Li Keqiang dalam upacara pembukaan Selasa lalu mengajukan usulan pembaharuan CAFTA, dan menyatakan Tiongkok akan dengan aktif memprioritaskan kebutuhan dan kepentingan ASEAN, serta menciptakan lebih banyak kemudahan bagi perkembangan ASEAN. Para cendikiawan, pejabat dan pengusaha Tiongkok maupun negara-negara ASEAN dalam wawancara dengan wartawan CRI menyatakan, pembentukan visi pembaharuan CAFTA dapat mendorong kemenangan bersama yang saling menguntungkan kedua pihak, dan mencapai perkembangan bersama.
Pembentukan CAFTA telah menguntungkan Tiongkok dan ASEAN. Volume perdagangan kedua pihak pada tahun lalu mencapai US$400,1 miliar, dan volume perdagangan pada tahun 2015 akan mencapai US$500 miliar. Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar ASEAN, dan ASEAN menjadi mitra dagang terbesar ketiga Tiongkok, CAFTA telah meletakkan dasar ekonomi yang penting bagi perkembangan hubungan kedua pihak di masa depan.
Berbicara tentang latar belakang pemikiran pembaharuan CAFTA, cendikiawan Tiongkok, Wang Yuzhu menyatakan,
"Pembangunan CAFTA yang kami upayakan selama ini, selalu berjalan sukses dan lancar di berbagai bidang. Namun setelah CAFTA dibentuk, sejumlah negara ASEAN mulai mengeluh keuntungan kebijakan CAFTA kerap lebih memihak Tiongkok. Ada pula keluhan beberapa negara yang industrinya mengalami kerugian. Ini merupakan salah satu tantangan bagi CAFTA sendiri. Maka, dengan latar belakang ini, bagaimana seharusnya kami memandang perkembangan lebih lanjut CAFTA merupakan suatu masalah yang sangat penting."
Bagi enam negara anggota lama ASEAN yang perkembangan ekonominya relatif baik, kebijakan non-pajak dalam CAFTA telah dilaksanakan sepenuhnya. Mereka meminta untuk mewujudkan penempatan rasional sumber daya, membentuk rantai industrial dan mewujudkan saling melengkapi pasar kedua pihak.
Para pakar, cendikiawan dan pejabat serta pengusaha masing-masing mengharapkan Tiongkok meningkatkan investasi ke negara-negara ASEAN, dan mendorong kemakuran serta perkembangan bersama.
Profesor Universitas Ateneo de Manila, Filipina, Richard Javad Heydarian mengatakan, ia berharap Tiongkok menambah investasi pembangunan infrastruktur di Filipina.
"Filipina tidak dapat menghindari kenyataan, bahwa teknologi yang memadai, dana dan investasi dari Tiongkok semuanya dapat bermanfaat bagi perkembangan ekonomi Filipina dalam jangka panjang. Saya dalam wawancara yang lain juga pernah mengatakan, bahwa perkembangan Filipina sedang menghadapi suatu kesulitan inti, yaitu pembangunan infrastruktur penting yang ketinggalan, padahal kami bermitra erat dengan Jepang, UE dan AS. Namun, kami masih belum dapat menyelesaikan masalah ini."