Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok (KRN) kemarin (27/2) meluluskan resolusi untuk menetapkan Hari Peringatan Kemenangan Rakyat Tiongkok dalam perang melawan agresi Jepang dan Hari Berkabung Nasional untuk mengenang korban pembantaian Nanjing. Untuk pertama kalinya, kedua hari tersebut ditetapkan melalui cara hukum. Hal ini mengundang perhatian media internasional. Media Jepang menyatakan bahwa hubungan antara Tiongkok dan Jepang akan memburuk secara keseluruhan dengan penetapan kedua hari tersebut. Perdana Menteri Shinzo Abe akan kehilangan kepercayaan dunia.
Situs Web Jerman dalam komentarnya kemarin mengatakan, kemenangan Tiongkok dalam perang melawan agresi Jepang merupakan titik balik dalam sejarah. Hari peringatan melambangkan tekad rakyat Tiongkok, mengingatkan rakyat untuk tidak melupakan sejarah begitu saja agar dapat memelihara perdamaian dan membangun hari depan yang lebih indah. BBC dalam komentarnya mengatakan, penetapan kedua hari peringatan ini telah mengundang sambutan dari rakyat Tiongkok.
Penanggung jawab Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan bahwa, perang melawan agresi Jepang merupakan perang perjuangan rakyat Tiongkok melawan agresi militerisme Jepang dan juga merupakan bagian penting dalam perang dunia melawan fasisme. Rakyat Tiongkok telah mengalami penderitaan teramat besar dalam perang tersebut. Rakyat Tiongkok dan rakyat seluruh dunia tidak akan membiarkan kekuatan sayap kanan Jepang menantang hasil Perang Dunia II dan tata tertib pasca perang. Pemimpin Jepang seharusnya melihat sejarah dengan jelas dan mawas diri, mengoreksi kesalahan dan kembali ke jalan yang tepat.
Pakar Rusia menyatakan, sebelumnya Tiongkok dan Rusia telah mencapai kesepakatan mengenai perayaan genap 70 tahun kemenangan perang anti-fasisme yang akan digelar bersama pada tahun 2015. Rusia dan Tiongkok berpendirian sama mengenai hasil Perang Dunia II dan tata tertib pasca perang. Oleh karena itu, Tiongkok menetapkan dua hari peringatan ini, agar Jepang tidak lagi memutarbalikkan kenyataan sejarah.
Media Jepang menyatakan, Tiongkok memutuskan untuk terus menekan ziarah Shinzo Abe ke Kuil Yasukuni, dan berupaya menggoyahkan kekuasaannya dengan memainkan "kartu sejarah". NHK dalam komentarnya menyatakan, Tiongkok menegaskan kepada dunia bahwa "Jepang mencoba melanggar tata tertib internasional pasca Perang Dunia II". Langkah yang diambil Tiongkok itu bertujuan mengisolasi Jepang dalam masalah sejarah. Harian Asahi Shimbun dalam komentarnya menyatakan, penetapan kedua hari peringatan nasional ini sangat langka bagi Tiongkok.