Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang juga Pemimpin Media Grup, Surya Paloh menerima penganugerahan gelar Profesor Kehormatan dari Beijing Foreign Studies University (BFSU) di Aula BFSU kemarin (10/9)
Dalam kuliah singkatnya di depan sejumlah pejabat dan ratusan mahasiswa ,Surya Paloh menjabarkan keadaan perkembangan hubungan antara Tiongkok dan Indonesia dari dulu hingga sekarang. Ia menekankan pentingnya kedekatan hubungan RI-RRT sebagai dua negara besar di kawasan Asia dalam menjamin kestabilan dan perkembangan guna mencapai impian bersama. Menurutnya, Indonesia dan Tiongkok perlu meningkatkan kerjasama, khususnya di bidang sosial budaya, pendidikan, dunia usaha bahkan pertahanan. Selain itu, komunikasi antar media massa juga dinilai memainkan peranan penting untuk memperdalam saling pengertian antar kedua negara.
"Komunikasi dalam media massa saya pikir penting. Di Amerika ada Voice of America, disini ada Voice of China yang disiarkan dalam Bahasa Indonesia. Saya pikir itu bagus. Indonesia bisa berperan banyak."
Surya Paloh sempat menggagas wacana pembukaan kembali Poros Indonesia-Tiongkok, yang didasarkan atas hubungan emosional dan historikal yang telah terjalin sejak lama. Indonesia dan Tiongkok sama-sama merupakan negara anggota PBB dan GNB, juga merupakan negara dengan populasi terbanyak di dunia. Namun, saat ini Indonesia masih tertinggal dari Tiongkok yang telah menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia. Indonesia perlu banyak belajar dari teknologi, inovasi dan kemajuan yang telah dicapai Tiongkok, sehingga pada akhirnya Indonesia dan Tiongkok dapat bersama-sama menjadi poros kekuatan yang disegani dunia.
"Tiongkok sekarang dalam era baru sebagai negara adidaya, yang saya katakan juga negara new super power. Sayang sekali dimana Tiongkok adalah negara Gerakan Non-Blok (GNB) dan Indonesia sebagai negara perintis GNB tidak turut merasakan kebesarannya. Sebaliknya, Tiongkok juga memerlukan Indonesia. Indonesia mempunyai luas teritori yang cukup berarti dan jumlah penduduk yang tinggi. Indonesia sedang membangun dengan progress yang memerlukan sebuah komunikasi dan diplomasi kerjasama yang sejalan. Sayang, kehadiran dan kemampuan Tiongkok belum dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia. Indonesia dan Tiongkok sama-sama ingin mempertahankan kepentingan nasional masing-masing. Itu bukan masalah. Justru keduanya harus bergandengan tangan sebagai suatu poros kekuatan yang bisa memperlihatkan kepada dunia bahwa apabila hubungan historikal itu terjalin dan terjaga secara baik, maka saya pikir jalan terbuka lebar "