Pada Juni 1950, perang saudara Korea meletus. Amerika Serikat (AS) segera melakukan intervensi bersenjata dan mengirim Armada ke-7 Angkatan Laut untuk memasuki Selat Taiwan. Pada 27 Agustus 1950, pesawat tentara AS terus melanggar udara teritorial Tiongkok untuk melakukan pengintaian atau melakukan pengeboman terhadap sasaran di wilayah Tiongkok, sehingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta benda. Pada 7 Oktober, tentara AS melancarkan serangan besar-besaran terhadap bagian utara Korea setelah menembus garis lintang 38 derajat. Serangan itu segera dimajukan ke daerah perbatasan Tiongkok dan Korea.
Atas permintaan Partai Buruh dan pemerintah Korea, Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Ketua Mao Zedong mengambil Keputusan untuk mengirim pasukan ke Korea demi melawan agresi AS dan membela keutuhan wilayah Tiongkok. Pada 19 Oktober 1950, Pasukan Sukarelawan Rakyat Tiongkok memasuki wilayah Korea dan berjuang dengan Tentara Rakyat Korea. Dalam delapan bulan pertama, Tentara Sukarelawan Rakyat Tiongkok berturut-turut melancarkan lima kali kampanye besar-besaran dan membasmi musuh sebanyak 230 ribu orang untuk menstabilkan front medan di daerah sekitar lintang 38 derajat. Sementara itu, pemerintah pusat melancarkan kampanye rakyat untuk mendukung perang melawan AS. Rakyat berbagai lapisan dengan aktif memohon untuk mengikuti tentara. Beberapa tokoh selebriti bahkan menyumbangkan uang untuk membeli pesawat atau meriam. Dukungan seluruh masyarakat dengan kuat mendukung perang di Korea. Pada Juli 1951, Perang Korea memasuki tahap "bertempur sambil berunding".
Melalui perjuangan alot dalam dua tahun, kedua pihak yang terlibat dalam pertempuran akhirnya menandatangani Kesepakatan Gencatan Senjata pada Juli 1953. Panglima tentara AS di Korea, Douglas Mc Arthur dalam memoirs mengakui sebagai panglima pertama tentara AS dalam sejarah yang menandatangani di dokumen gencatan senjata tanpa mencapai kemenangan.