Setelah Kementerian Keuangan Inggris baru-baru ini resmi mengumumkan pencanangan proses pengedaran obligasi mata uang RMB pertama, media asing melaporkan bahwa Bank Sentral Eropa juga tengah mempertimbangkan memasukkan dana RMB ke dalam cadangan devisa asingnya. Ini merupakan topik panas para pejabat manca negara yang menghadiri sidang tahunan IMF dan Bank Dunia.
Gubernur Bank Sentral Malaysia Zeti Akhtar Aziz dalam sidang tahunan menyatakan, Bank Sentral Malaysia sejak tahun 2009 terus menjadikan dana RMB sebagai bagian cadangan devisanya. Ia berpendapat, jika Bank Sentral Eropa juga ada pertimbangan tersebut, itu akan merupakan sebuah kemajuan positif internasionalisasi mata uang RMB. Padahal, selain Malaysia, Korea Selatan, Kamboja, Belarus, Rusia, Filipina dan Nigeria jauh lebih dulu menjadikan RMB sebagai cadangan devisanya.
Direktur Bank Cadangan Federal San Francisco AS Williams berpendapat, internasionalisasi mata uang RMB kini hanya berada pada tahap pertama. Ia berpendapat, internasionalisasi mata uang RMB adalah sebuah strategi jangka panjang dan jika terburu-buru, itu akan mendatangkan risiko yang besar. Ia menunjukkan, pertumbuhan ekonomi stabil Tiongkok, pasar moneter yang kuat dan mata uang yang diinternasionalisasi menguntungkan Tiongkok, Asia bahkan dunia.
Dilihat dari data statistik cadangan devisa resmi IMF, masih terpaut jauh bagi RMB untuk menjadi mata uang cadangan inti. Terhitung sampai triwulan kedua tahun ini, dalam cadangan devisa resmi yang dilaporan berbagai negara dunia, aset dolar Amerika tetap mengambil proporsi setinggi 60,7 persen yang merupakan keunggulan mutlak; disusul aset Euro yang merupakan 24,2 persen; aset Poundsterling dan Yen Jepang masing-masing 4 persen; dolar Australia dan dolar Kanada masing-masing 2 persen. Menurut situs web Departemen Keuangan AS, dalam cadangan devisa AS hanya ada aset Euro dan Yen Jepang.