Menurut laporan tersebut, kecepatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan ketiga sedikit mereda, perkiraan laju pertumbuhan ekonomi mayoritas negara ASEAN direndahkan, namun perkembangan ekonomi dalam CAFTA tetap sehat dan cenderung positif. Pada tiga triwulan pertama tahun ini, perdagangan dan investasi Tiongkok dan negara-negara ASEAN bertumbuh secara berkelanjutan. Data analisa mencatat, antara Januari hingga September 2014, volume perdagangan Tiongkok-ASEAN mencapai 346 miliar 597 juta dolar AS, menduduki 11 persen volume total perdagangan luar negeri Tiongkok, bertumbuh 7,5 persen dibandingkan masa sama tahun lalu, volume perdagangan pada triwulan ketiga meningkat 9 persen daripada triwulan kedua.
Pada tiga triwulan pertama tahun ini, di bidang perdagangan pengeksporan Tiongkok ke negara-negara ASEAN, Vietnam, Singapura dan Malaysia masing-masing menduduki nomor 1-3. Sedangkan di bidang perdagangan pengimporan Tiongkok dari negara-negara ASEAN, Malaysia, Thailand dan Singapura masing-masing menduduki nomor 1-3.
Di bidang investasi, pada triwulan pertama tahun ini, volume total investasi Tiongkok ke negara-negara ASEAN mencapai US$3,564 miliar, bertambah 3,3 persen dibandingkan masa sama tahun lalu. Di antara Januari hingga September, Singapura, Indonesia, Laos, Kamboja dan Vietnam masing-masing menduduki nomor 1-5. Dibanding dengan masa sama tahun 2013, Brunei, Filipina, Indonesia, Vietnam dan Kamboja merupakan negara-negara yang paling cepat pertumbuhan investasinya kepada Tiongkok.
Direktur Eksekutif Dewan Bisnis Tiongkok-ASEAN, Xu Ningning menyatakan, salah satu target versi update CAFTA ialah mengusahakan volume perdagangan kedua pihak mencapai US$500 miliar pada tahun 2015, dan US$1 trilun pada tahun 2020. Ini perlu saling membuka pasar yang lebih besar. Tiongkok memprakarsai bersama-sama membentuk Jalan Sutra Laut yang Baru dan versi update CAFTA, agar mendorong perkembangan bersama Tiongkok-ASEAN.