Berkenaan dengan pernyataan pihak AS mengenai manipulasi Tiongkok terhadap nilai tukar RMB untuk mengusahakan keunggulan persaingan ekspor dan surplus perdagangan, juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok Shen Danyang kemarin (16/12) mengatakan, pihak Tiongkok tidak berniat mengusahakan keunggulan persaingan ekspor dan surplus perdagangan dengan cara memanipulasi nilai tukar, tuduhan pihak AS tidak beralasan.
Shen Danyang dalam jumpa pers kemarin mengatakan, selama beberapa tahun terakhir, Tiongkok selalu mengupayakan reformasi mekanisme nilai tukar RMB, pada bulan Maret tahun ini, Tiongkok telah memperluas ruang fluktuasi nilai tukar, fluktuasi dua arah cenderung normal, peranan dasar pasar semakin meningkat dalam menentukan terbentuknya nilai tukar.
Wakil Ketua Gabungan Pemeriksaan Ekonomi dan Keamanan AS-Tiongkok, William baru-baru ini mengatakan, Tiongkok kembali menurunkan harga nilai tukar RMB untuk mengusahakan keunggulan ekspor, sehingga defisit perdagangan AS terhadap Tiongkok berkemungkinan menciptakan rekor pada tahun ini.
Shen Danyang mengatakan, tidak sedikit orang Amerika menyadari bahwa nilai tukar sama sekali bukan merupakan unsur utama yang mendampak atau menentukan ketidakseimbangan perdagangan antara Tiongkok dan Amerika. Defisit perdagangan antara Tiongkok dan Amerika merupakan cerminan obyektif dari perselisihan struktur ekonomi kedua negara dan perbedaan posisi dalam pembagian pekerjaan internasional di bawah latar belakang globalisasi ekonomi, sekaligus ditentukan oleh hubungan ekonomi dan perdagangan serta hubungan investasi berbagai negara, berkaitan erat dengan pengontrolan ekspor Amerika terhadap Tiongkok serta sejumlah unsur lainnya.