XINHUA: Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang kemarin sore (29/6) waktu setempat menyampaikan pidato keynote di acara pembukaan pertemuan puncak bisnis Uni Eropa-Tiongkok (EU-China Bussiness Summit) di Brussel, Belgia.
Li Keqiang menyatakan, hubungan Tiongkok dan Uni Eropa (UE) berkembang semakin matang dalam 40 tahun terakhir. Sebagai kelompok negara-negara maju dan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, Uni Eropa selama ini berperan penting di panggung politik internasional. Tiongkok merupakan negara berkembang terbesar di dunia. Dengan demikian, kerjasama Tiongkok dan Uni Eropa akan membawa kesejahteraan bagi rakyat kedua pihak, sekaligus bermanfaat bagi dunia.
Li Keqiang mengatakan, Tiongkok dan UE sebagai dua kekuatan ekonomi besar di dunia memikul tanggung jawab untuk bersatu mendorong kerja sama internasional di bidang kapasitas produksi.
Pertama, Tiongkok ingin melakukan integrasi melalui rencana investasi strategis Eropa untuk mencapai terobosan dalam pembangunan infrastruktur. Tiongkok akan memainkan keunggulannya di bidang tenaga kerja dan teknologi untuk berpartisipasi dalam rencana investasi Eropa sebesar 315 euro.
Kedua, Tiongkok dan UE dapat menitikberatkan kerja samanya dalam manufaktur permesinan untuk mencapai terobosan di bidang kerja sama pihak ketiga.
Ketiga, Tiongkok dan UE perlu mencapai terobosan dalam kerja sama moneter untuk memenuhi kebutuhan investasi. Tiongkok memiliki cadangan devisa yang cukup dan ingin berpartisipasi dalam pembangunan Eropa melalui pembelian obligasi dan penanaman modal langsung。
Keempat, Tiongkok dan UE perlu mencapai terobosan dalam peningkatan level liberalisasi perdagangan dan investasi. Asalkan Tiongkok dan UE menaati prinsip saling menguntungkan dan sebaik-baiknya menangani pergesekan perdagangan, maka kedua pihak pasti akan dapat merealisasi target pencapaian volume perdagangan sebesar US$ 1 triliun pada tahun 2020.