XINHUA: Menteri Luar Negeri AS John Kerry hari Minggu lalu (22/5) tiba di Myanmar dan secara terpisah menemui Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi dan Panglima Tentara Pertahanan Myanmar Min Aung Hlaing. Kerry berkali-kali memuji perubahan di Myanmar dan mendesak secara lebih lanjut diadakannya reformasi politik. Kunjungan ke Myanmar kali ni merupakan yang kedua kali bagi Kerry dalam waktu 2 tahun terakhir, dan telah merefleksikan dukungan Washington kepada pemerintah baru Myanmar. Apa saja informasi yang disampaikan Kerry kepada Myanmar dalam kunjungannya yang tidak sampai satu hari tersebut? Sinyal apa yang ingin disampaikan pertemuan tingkat tinggi AS-Myanmar tersebut kepada dunia luar?
Kunjungan sebelumnya Kerry ke Myanmar pada bulan Agustus 2014 bertujuan untuk mendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Aung San Suu Kyi dan mendesak transformasi politik Myanmar. Saat itu AS menjatuhkan sanksi keras terhadap Myanmar. Sebelum kunjungan Kerry ke Myanmar kali ini, pihak AS mengumumkan akan terus mempertahankan sanksi terhadap Myanmar, tapi sanksi itu akan diperlonggar. Media asing berpendapat, Washington berharap dapat memberikan tekanan kepada Myanmar melalui sanksi, tujuannya adalah untuk mendorong reformasi. Sasaran sanksi terutama adalah pihak militer dan tokoh-tokoh terkait.
Meski kunjungan Kerry kali ini amat singkat, ia telah menemui pemimpin terkait dan menyampaikan pendapatnya. Kerry juga telah memperoleh pernyataan sikap mengenai hubungan kemitraan dari pihak Myanmar. Namun, hubungan AS-Myanmar tetap perlu diamati secara objektif dan seimbang.
Meskipun rincian pembicaraan kedua pihak belum diungkapkan, namun dilihat dari pemberitaan pihak resmi Myanmar, juga dengan mengamati jumpa pers Aung San Suu Kyi dan Kerry, tujuan kunjungan Kerry kali ini sangatlah jelas. Pertama, menyatakan dukungan kepada Liga Nasional untuk Demokrasi. Kedua, AS berharap agar Myanmar terus mendorong proses reformasi, khususnya dalam masalah pengamendemenan Konstitusi.
Mengenai pernyataan Aung San Suu Kyi, dunia luar memiliki pemahaman yang berbeda. Menurut pihak resmi Myanmar, pernyataan Aung San Suu Kyi adalah hubungan kemitraan, bukanlah hubungan sekutu seperti yang ditunjukkan oleh sejumlah media. Dilihat dari pernyataan Aung San Suu Kyi dalam pertemuannya dengan Kerry, dapat dilihat prinsip hubungan luar negeri pemerintah baru Myanmar yang pro-aktif dan inisiatif. Ini sesuai dengan orientasi diplomatik Myanmar yaitu mementingkan negara-negara tetangga, mementingkan negara-negara besar, terlebih dahulu menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga, kemudian baru menjalin hubungan baik dengan negara di kawasan dan luar kawasan.