Konferensi Tingkat Tinggi ke-11 Pemimpin G20 akan digelar di Kota Hangzhou pada bulan September. Para sarjana Indonesia dalam wawancaranya menaruh harapan terhadap KTT dan berharap Tiongkok dapat membantu Indonesia dalam merealisasi pertumbuhan pada saat penurunan ekonomi global.
Ketua Yayasan Nanyang ASEAN Indonesia Bambang Suryono berpendapat, ekonomi dunia tipe inovasi yang dikemukakan oleh KTT G20 tahun ini sesuai dengan permintaan perkembangan dunia sekarang. Setiap negara menghadapi tanggung jawab dan tekanan dari transformasi ekonomi, maka G20 perlu meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam mendorong inovasi, bersama-sama membebaskan ekonomi dunia dari kesulitan.
Periset Senior Pusat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada Tony Prasentiantono mengatakan, agenda KTT Hangzhou G20 sesuai sepenuhnya dengan kebijakan Indonesia, yaitu menghimbau terwujudnya pertumbuhan yang lebih toleransi, membentuk ekonomi yang lebih terbuka. Ia menyatakan optimis terhadap kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia di bidang-bidang kapasitas produksi dan infrastruktur di masa depan.
Berbicara tentang peranan Tiongkok dalam penyempurnaan pembenahan ekonomi dan moneter global, Suryono mengatakan, ekonomi global sedang mengalami transformasi, tata tertib moneter internasional juga menghadapi pengaturan besar. Kebangkitan negara-negara pasar baru yang diwakili oleh Tiongkok sedang mengubah dan mempengaruhi tata tertib moneter dunia selama tahun-tahun terakhir ini. Ia mengatakan, RMB bergabung dalam keranjang mata uang SDR (Special Drawing Right) Dana Moneter Internasional dan pendirian Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang disponsori oleh Tiongkok serta Bank Pembangunan Baru Negara BRICS telah memperlihatkan partisipasi Tiongkok dalam restruktur tata tertib ekonomi dan moneter internasional. "KTT Hangzhou G20 menunjukkan upaya Tiongkok untuk membentuk tata tertib baru ekonomi internasional yang beraneka ragam untuk mencerminkan kepentingan dan permintaan negara-negara pasar baru dengan melalui platform G20."
Dalam keadaan di mana pemulihan ekonomi dunia melamban, Tiongkok telah memainkan peranan penarik dan penyangga dalam pertumbuhan stabil ekonomi global. Para ahli berpendapat, Indonesia perlu memanfaat peluang dan meningkatkan kerja sama dengan Tiongkok.
Indonesia merupakan tempat asal "jalan sutra maritim abad ke-21", juga merupakan negara penyangga utama sepanjang jalan Satu Sabuk Satu Jalan. Ketua Dewan Indonesia Untuk Urusan Dunia Ibrahim Yusuf mengatakan, selama tahun-tahun terakhir ini, Tiongkok telah mengintensifkan investasi di Indonesia, sehingga membawa manfaat nyata kepada Indonesia yang kini masih terbelakang di bidang infrastruktur dan industrialisasi. Ia menyatakan yakin bahwa ke depan kerja sama antara kedua negara di bawah proposal Satu Sabuk Satu Jalan dan di dalam kerangka strategi titik penyangga maritim global Indonesia akan menciptakan hari depan yang lebih cerah bagi hubungan kedua negara di berbagai bidang.