Dalam jumpa pers kemarin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Gao Feng menyatakan, nilai total penjualan ritel tahunan Tiongkok telah naik menjadi 33,2 trilun Yuan Renminbi pada 2016 dari yang sebelumnya hanya 21,4 triliun pada 2012. Di samping itu, tingkat kontribusi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat 12,8 % dan telah 3 tahun berturut-turut menjadi tenaga penggerak terbesar bagi pertumbuhan ekonomi. Di saat yang sama, E-bisnis juga mewujudkan perkembangan pesat.
Jubir itu mengatakan, volume E-bisnis Tiongkok hanya tercatat 8,1 trilun Yuan Renminbi pada 2012, namun kemudian naik menjadi 26,1 trilun Yuan Renminbi pada 2016. Nilai penjualan ritel melalui internet juga naik tajam, dari 1,3 trilun Yuan Renminbi pada 2012 menjadi 5,2 triliun pada 2016.
Di bidang ekspor, nilai ekspor perusahaan swasta naik 12,5% atau untuk pertama kalinya melampaui perusahaan modal asing.
Gao Feng mengungkapkan, kontribusi Tiongkok terhadap pemulihan ekonomi dan perdagangan dunia sangat besar. Pemerintah Tiongkok menitikberatkan keseimbangan ekspor dan impor, dan menjalankan kebijakan impor yang positif. Saat ini, program "Made in China" telah menguntungkan seluruh konsumen di dunia, juga mendorong pembangunan ekonomi dunia. Sekarang ini, Tiongkok telah menjadi salah satu pasar terbesar di dunia, volume impornya mencapai 10% dari total nilai impor global.
Jubir itu menambahkan, sejak melandanya krisis moneter internasional, nilai impor Tiongkok telah meningkat US$ 581,5 miliar, sehingga telah menjadi penggerak utama bagi pemulihan ekonomi dunia.
Ke depan, menurut jubir itu, Tiongkok akan meningkatkan mutu penawaran, memperbaiki kekurangan, menurunkan modal, dan secara lebih lanjut memperbesar peranan konsumsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Di bidang perdagangan, Tiongkok akan terus menyempurnakan struktur perdagangan, menangani pertikaian perdagangan secara layak, dan selekasnya menjadikan Tiongkok sebagai negara yang kuat di bidang perdagangan.