Perancis menyelenggarakan KTT Perubahan Iklim pada hari Selasa (12/12) kemarin, tepat dua tahun setelah dicapainya Kesepakatan Paris. KTT Perubahan Iklim "One Planet" dibuka bersama-sama oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres serta Direktur Bank Dunia Jim Yong Kim. Pemimpin-peminpin dari 50 lebih negara berkumpul di Paris, dan mencari solusi konkret terkait pendanaan untuk perubahan iklim.
Kesepakatan Paris yang diluluskan pada akhir tahun 2015 merupakan sebuah dokumen substantif di bidang penanganan iklim global sesudah Protokol Kyoto. Kesepakatan ini mengatur aksi untuk menanggapi perubahan iklim, dan mengeluarkan sinyal yang jelas kepada seluruh dunia untuk merealisasi pertumbuhan yang rendah karbon.
Namun banyak agenda telah ditangguhkan setelah Kesepakatan Paris tercapai. Presiden AS Donald Trump mengumumkan keluarnya AS dari Kesepakatan Paris pada Juni tahun ini, hal ini mendatangkan krisis bagi komitmen-komitmen yang dicapai dalam kesepakatan itu. Sebagai salah satu penggagas kegiatan kali ini, Presiden Perancis Macron menyatakan, sekarang dunia masih jauh dari target yang ditetapkan Kesepakatan Paris, maka berbagai pihak harus segera beraksi.
Macron juga memperingati Trump agar bertanggung jawab, dan dia yakin Trump akan mengubah pikirannya pada masa depan, dan menyambut AS kembali bergabung dalam Kesepakatan Paris. Dia menekankan, KTT One Planet bukan konferensi negara-negara donor, tujuannya adalah untuk mencari lebih banyak jalur untuk merealisasi pengurangan emisi.
Menurut statistik yang diumumkan Badan Energi Internasional, jika ingin merealisasi target pengendalian suhu yang ditetapkan Kesepakatan Paris, setiap tahun dibutuhkan 35 juta dolar AS di bidang energi selama 30 tahun. Maka KTT kali ini bertujuan untuk mengumpulkan dana.
Sekjen PBB Antonio Guterres juga mengeluarkan undangan kepada berbagai pihak. Ia mengatakan, semua kota dan kawasan telah beraksi untuk menanggapi perubahan iklim. "Perusahaan-perusahaan maupun perseorangan yang tidak mampu mengembangkan ekonomi hijau dipastikan tidak akan mempunyai masa depan. Oleh karena itu, saya mengundang semua pemerintah dan pihak yang berkepentingan untuk menyumbangkan lebih banyak upaya dan dana", demikian disampaikan Guterres.