Nantinya, anak yang dilahirkannya akan menyandang marga keluarga perempuan. Masyarakat Mosuo yang menganut prinsip matriarchal lebih mementingkan kaum perempuan, namun mereka juga tidak meremehkan kaum lelaki.
Seorang perempuan yang bernama Lierchelamu mengatakan, anggotanya keluarganya cukup besar, sehingga perayaan peresmian hubungan dengan kekasihnya berlangsung cukup ramai. Dikatakannya, pernikahan mereka sangat romantis. Ia juga menegaskan bahwa perempuan Mosuo tidak menikah sembarangan. Mereka hanya menikah dengan orang yang mereka cintai.
Seperti gadis Mosuo yang lain, Lierchelamu yang menyukai tarian tradisional, biasanya memakai bahasa Mosuo saat berbincang ? bincang dengan teman-temannya. Tapi, saat berkomunikasi dengan orang bukan Mosuo, ia memakai bahasa Mandarin.
Walaupun budaya Mosua dikenal sebagai salah satu kebudayaan kuno, tidak berarti orang Mosuo itu terbelakang. Orang Mosuopun menikmati peradaban modern, namun di lain pihak, mereka juga mementingkan dan menghormati adat-istiadat mereka.
Pemerintah lokal pun selalu menekankan agar kebudayaan Mosuo dipelihara dan dipertahankan ciri khasnya. Berbagai usaha melestarikan kebudayaan Mosuo dilakukan pemerintah, misalnya mendukung penyelenggaraan berbagai kegiatan Mosuo, dan menjunjung tinggi bahasa, tarian dan nyanyian Mosuo. Sementara itu, untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan modern, orang Mosuo juga menempuh pendidikan modern. Di sekolah, selain belajar bahasa Mandarin, mereka juga belajar bahasa Inggris.