Asvin Ellyana: SEBUAH CATATAN PERJALANAN
  2011-11-04 13:57:52  CRI

BY: Asvin Ellyana

Bahasa adalah jendela untuk melihat realitas dunia. Ungkapan ini mungkin tepat untuk menggambarkan perjalanan ke "negeri tirai bambu". Bahasa Inggris yang konon menjadi bahasa dunia, teryata tak serta merta mampu membuat komunikasi antar anak bangsa menjadi lancar. Inilah yang ditemui penulis sepanjang awal perjalanan.

Sebuah pertistiwa yang tak terlupakan terjadi dalam perjalanan udara dari Jakarta menuju Beijing. Siang itu, pramugari pesawat China Southern dalam bahasa Mandarin menawarkan minuman. Karena bosan telah minum jus jeruk, penulis meminta susu kepada sang pramugari. "Milk please…" begitu pinta saya kepada pramugari.

Kedua pramugari rupanya tak mengerti dan saling pandang mendengar permintaan saya. Dengan suara lebih lantang, saya ulangi permintaan minum susu. Sangat mengagetkan saya karena jawaban salah satu pramugari kepada saya adalah, "No, sory no beer here".

Wah, dalam hati saya marah dan tersinggung, mana mungkin saya yang seorang muslim dengan mengenakan penutup kepala meminta bir? Namun, kemarahan berganti menjadi rasa geli luar biasa mengetahui sang pramugari memaknai "milk" menjadi "beer"...

Kendala bahasalah yang membuat sang pramugari seolah mendengar saya meminta bir. Akhirnya, setelah menunjuk kotak susu yang saya mau, barulah sang pramugari mengerti permintaan saya. Bagi saya, ini pertama kali dalam hidup saya, saya dikira ingin minum bir. Sungguh, tak akan terlupakan.

Namun, tak semua batasan bahasa menjadi halangan berkomunikasi selama di negeri orang. Malam itu, Rabu, 2 November 2011, saat makan malam di sebuah restoran di kota Kashgar, selain makanan khas, kami juga disuguhi sajian musik khas daerah ini. 3 pemain musik memainkan irama yang menyerupai irama padang pasir lengkap dengan nyanyian ala arab. Meski terbata dalam berbahasa Inggris, sang pemain musik, yang merupakan warga muslim dari etnis uygur, mencoba berkomunikasi. Ia menanyakan asal Negara kami. Setelah kami jawab bahwa kami dari Indonesia, si musisi langsung menyatakan bahwa ia pernah berkunjung ke Indonesia. Bahkan dengan fasih ia menyebut sejumlah kota di Negara kami, Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Komunikasi terbata akibat perbedaan bahasa tentu mempersulit proses jual beli. Namun, di tengah keterbatasan bahasa tak selamanya merugikan. Penulis justru merasa beruntung mendapatkan barang murah justru karena ketidak mengertian akan bahasa yang disebut sang pemilik toko. Siang itu, saat meliput kerajinan tangan di kota Kashgar, penulis tertarik melihat topi khas etnis Uygur. Saat beberapa teman mencoba menawar barang ditemani guide, penulis mencoba mencari di toko lain. Penulis hanya mengajukan angka 2 kepada penjual hingga akhirnya ia bersedia menjual topi khas itu sebesar 20 yuan. Ternyata, teman lain membeli topi serupa seharga 35 yuan bahkan ada yang membelinya dengan 55 yuan. Ternyata ketidakmengertian akan bahasa sang penjual justru menguntungkan, penulis memperoleh harga yang lebih murah disbanding yang lain. Ternyata di balik kendala bahasa ada saja keuntungannya.

Kasghar, 3 November 2011

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040