Memilih Kedinginan daripada Dijejali Kambing
  2011-11-04 13:59:54  CRI

Kamis, 3 November 2011, hari kedua menjejakkan kaki di kota Kashgar, Xinjiang, sejak pagi-pagi saya merasakan tubuh begitu menggigil. Tentu biasa dibayangkan karena suhu udara di Kashgar berkitar antara 2-4 derajat celcius kala siang hari. Luar biasa! Sungguh berbeda dengan suhu di Jakarta, tempat saya tinggal. Pada bulan-bulan sekarang suhu di Jakarta biasanya berkisar 33 derajat celcius. Selalu berkeringat dan kepanasan. Tetapi sepagi Kamis tadi, saya harus membalut tubuh dengan jaket tebal yang hangat. untunglah angin di Kashgar tidak bertiup kencang, bahkan nyaris tiada embuasan angin. Untung pula karena matahari pagi yang memancarkan vahayanya bisa membuat tubuh agat terasa hangat.

Sesuai jadwal, hari itu, saya bersama tim rombongan wartawan dari Indonesia dan Malaysia yang diundang China Radio International seksi Bahasa Indonesia, akan berkunjung ke Masjid Idkah dan kawasan pasar kerajinan, tak jauh dari tempat kami menginap di Hotel Tianyuan. Berjalan-jalan mengeliling kawasan pasar, membuat tubuh makin terasa menggigil. Pipi dan tangan terasa membeku. Pagi itu belum terlalu ramai. Toko-toko baru mulai buka, mulai pedangan makanan, pakaian, karpet, barang-barang kerajinan tangan, hingga peralatan senjata tajam seperti pisau.

Melihat-melihat di sepanjang pasar, terasa agak lumayan setelah berjalan sekitar 1,5 kilometer. Langkah kaki itumembantu tubuh agak hangat. Namun, tetap saja rasa dingin tak bisa dikalahkan. Saya pun makin menutup tubuh rapat-rapat, membalut syal di leher, dan menutup kepala, agar telinga dan leher tidak terlalu kedinginan.

Tubuh mulai terasa hangat ketika memasuki restoran Miran. Saya mulai mencopot tutu kepala dan membuka sedikit resluiting jaket. Seperti restoran di mana pun di Kashgar, menu kambing atau domba tentu menjadi hidangan utama. Ah, saya tak membayangkan, setiap jadwal makan tiba, selalu dihidangkan dengan menu kambing atau domba. Ya, ini Kashgar, ketika kambing menjadi menu utama. Padahal saya bukan penikmat kambing atau domba. Biasanya, kalau pun makan sate kambing, mungkin hanya dua atau tiga tusuk. Pasti tidak lebih.

Buat saya, makan kambing tidak baik buat kesehatan, terutama mnereka yang memiliki kolesterol tinggi dan darah tinggi. Biasanya setelah makan sate, saya langsung tersugesti kepala pening-pening. Tetapi di Kashgar, rasanya tidak mudah menghindar dari menu kambing. Ada sate, nasi goreng kambing, sop kambing, dan sejenisnya yang selalu dihidangkan bersama daging kambing. Akhirnya, saya terpaksa mencicipi kembali potongan daging kambing. Kata orang sih, daging kambing bisa menghangatkan atau memanaskan tubuh. Kata orang, khasiat daging kambing akan terasa pas palagi di tengah udara kota Kashgar yang dingin. Mungkin saja benar, tetapi mungkin juga keliru.

Ketika menu terakhir martabak isi kambing dihidangkan di meja oleh perempuan pelayan yang orang Uygur, saya terpaksa menolaknya. Saya tidak ingin kambing Kashgar akan berpengaruh negatif terhadap tubuh saya. Kali ini saya menyerah. Saya tidak ingin lagi menyantap daging kambing. Biarlah saya memilih menikmati tubuh menggigil kedinginan di Kashgar daripada harus menyantap daging kambing lagi……

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040