PERPADUAN TRADISIONAL DAN MODERN DI NAJIAHU
  2011-11-07 12:15:09  CRI

Oleh: Asvin Ellyana (Metro TV)

Rintik hujan terus mengiringi perjalanan hari pertama di kota Yunchuan, provinsi Ningxia. Di bawah guyuran gerimis dan suhu yang sangat dingin, siang itu kami menuju Masjid Najiahu yang terletak di desa Najiahu di Yongning County. Masjid ini adalah tempat ibadah besar dengan sejarah yang sangat panjang.

Nuansa khasTiongkok langsung terasa begitu melihat bangunan Masjid kebanggaan etnis Hui di kota Yunchuan ini. Masjid yang dibangun pada tahun ketiga masa pemerintahan Kaisar Jiajing dari Dinasti Ming (1524 Masehi) ini, bergaya arsitektur tradisional Tiongkok. Sejak dibangun,masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Dan renovasi terakhir baru dilakukan tahun lalu.

Kunjungan kami sempat terhenti sejenak mendengar suara adzan berkumandang dari masjid ini. Suara yang selama beberapa hari berada di negeri seribu pagoda ini, belum pernah kami dengar.

Selepas kumadang adzan, umat muslim berdatangan ke masjid Najiahu untuk melaksanakan sholat Ashar. Rintik hujan tak menghalangi kaum muslim Najiahu menunaikan ibadah sholat berjamaah di masjid. Mereka tetap terus berdatangan ke masjid, ada yang berjalan kaki ada pula yang datang mengendarai sepeda.

Hanya laki-laki yang sholat berjamaah di masjid ini. Kebanyakan jamaah masjid Najiahu adalah laki-laki yang sudah tua dan mengenakan topi khas etnis Hui berwarna putih (mirip topi haji di Indonesia).

Ramah. Begitulah kesan kami terhadap jamaah masjid Najiahu. Selain melempar senyum kepada para wisatawan, merekapun menjawab atau bahkan mengucap salam kepada saudara sesama muslim.

Perjalanan kamipun berlanjut ke Taman Budaya Etnis Hui yang terletak tak jauh dari masjid Najiahu. Jika masjid Najiahu kental nuansa Tiongkok kuno, kemegahan ala masjid Timur Tengah modern begitu terasa saat melihat taman kebanggan etnis Hui di Ningxia.

Berdiri di atas lahan seluas 6 ribu meter persegi, Taman Budaya ini selesai dibangun tahun 2005 dan baru dibuka untuk umum tahun 2006. Di kompleks taman budaya, kami mengunjungi 2 bangunan, yakni museum dan sebuah bangunan mirip masjid yang oleh pengelola disebut sebagai Dewan Emas.

Museum berisi sejumlah peninggalan jejak Islam di Tiongkok dan berbagai belahan dunia. Selain foto-foto, diorama, replika Masjidil Haram dan Al Qur'an yang ditulis tangan, juga dipajang perkembangan modern etnis Hui. Seperti gaya berpakaian khas etnis Hui hingga rumah dan makanan mereka.

Di belakang kompleks ini terdapat sebuah bangunan mirip masjid yang sangat besar dan megah. Memasuki bangunan yang oleh pengelola disebut sebagai "Dewan Emas" ini, warna biru dan kuning emas mendominasi. Seluruh dinding, langit-langit dan tiang bangunan dilukis oleh sedikitnya 200 seniman Tiongkok. Selain kaligrafi, corak khas Tiongkok juga mewarnai lukisan yang terkesan mewah dan indah ini.

Meski mewah bangunan ini tidak digunakan untuk sholat. Padahal seluruh lantainya tertutup sajadah buatan Turki. Bangunan ini, hanyalah obyek wisata bagi warga sekitar dan turis baik domestik maupun Internasional. Meski begitu, pengelola tidak melarang pengunjung yang bermaksud menjalankan ibadah sholat. Jamaah boleh sholat di lima shaf paling depan yang memang sengaja disiapkan oleh pengelola.

Meski hanya mendatangi dua lokasi hari ini, namun kunjungan kali ini cukup berkesan. Rasa dingin yang menusuk kulit dan harus berbasah-basah di bawah guyuran hujan, telah terbayarkan dengan menyaksikan jejak sejarah perjalanan dan perkembangan Islam di Negeri Tirai Bambu ini.

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040