Kehangatan Idul Adha di Tengah Dinginnya Yinchuan
  2011-11-07 12:15:35  CRI

(M Subhan/Wartawan Kompas)

Dalam hidup saya, tahun ini Insya Allah untuk ketiga kalinya saya tidak merayakan Idul Adha bersama keluarga di Jakarta. Pertama kali sekitar akhir 1990-an, saya ber-Idul Adha sendirian di Singapura. Tentu karena tugas sebagai jurnalis. Kedua, tahun 2009, ketika saya ditugaskan kantor saya Harian Kompas untuk menunaikan ibadah haji sekaligus melakukan peliputan di Mekkah dan Madinah. Ketiga, tahun 2011 ini, ketika undangan meliput dari China Radio International seksi Indonesia untuk peliputan perkembangan Islam di China.

Ada perasaan sedih karena tak berlebaran haji bersama keluarga, tetapi di sisi lain saya merasakan pengalaman lain karena bisa merasakan berlebaran haji di negara orang. Tahun ini saya berada di Yinchuan, ibu kota wilayah otonom Ningxia, China, setelah sekitar tiga hari berada di Kashgar, wilayah otonom Xinjiang, yang juga merupakan kota terbarat di China. Menariknya kota Kashgar yang dihuni etnik Uyghur itu juga meruapakan perlintasan jalur sutra (silk road) di masa lampau.

Tiba di Yinchuan setelah penerbangan sekitar dua jam dari Urumqi, ibu kota Xinjiang, sejak dari pesawat saya melihat gunung-gunung berselimut salju. Saya pikir pasti udara di Yinchuan akan dingin seperti di Kashgar atau Urumqi. Memang tidak keliru, karena suhu berkisar sekitar 5 derajat celcius. Tetapi menarik, karena saya bias bertemu dan berkenalan sesama Muslim yang beretnik Hui. Secara pribadi, tetap menarik melihat orang-orang China mengenakan peci putih dan menyandang Muslim. Tetapi saya merasakan persaudaraan luar biasa ketika dijabat erat-erat oleh sejumlah jemaah di Masjid Kampung Najiehu, sekitar 30 menit perjalanan berkendaraan dari Yinchuan. "Semua orang Muslim bersaudara," kata imam masjid Abdullah Hud yang nama setempatnya Na Xuejun, Minggu (6/11).

Sebelumnya sambutan yang hangat disampaikan dua pejabat setempat

yaitu Wakil Kepala Komisi Agama Wilayah Otonom Ningxia Li Wenming dan Direktur Lembaga Produk Makanan Halal Antarbangsa Islam Wilayah Otonom Ningxia Wang Shengjun, Minggu pagi di lantai 9 Hotel Rainbow Bridge, seusai sarapan. Kedua pejabat itu berkisah tentang banyak hal mulai perkembangan umat Islam Hui dan sertifikasi produk makanan halal di Ningxia. Etnik Hui yang Muslim berjumlah sekitar 2,25 juta orang dari sekitar 6,3 juta penduduk Ningxia. Jumlah masjid di Ningxia sekitar 3.700 buah. Sungguh, tak terbayangkan sebelumnya. Salah satu masjid yang kami kunjungi adalah Kampung Najiehu. Masjid yang sudah tua itu terlihat amat luas. Ada sekitar 20 santri yang tengah belajar di tempat itu. Saya sempat terkesima ketika masuk ke dalam ruangan masjid, terpampang besar-besar di dinding yaitu

surah-surat Alquran, seperti Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, Al-Ashr, dan tentu saja surah Yasin. Saya bahkan sempat berfoto dengan latar belakang surah yasin. "Surah Yasin merupakan inti Al-Quran," ujar imam Abdullah Hud.

Saya makin kagum ketika mengelilingi taman pusat kebudayaan etnik Hui.Di museum itu, ada diorama perjalanan dan perkembangan Islam di China, termasuk pertemuan atau hubungan antarbangsa, terutama hubungan niaga antara Timur Tengah dan China, yang melewati jalur sutra. Meskipun udara dingin dan hujan gerimis tanpa henti sejak pagi hari, saya tetap membuka sepatu untuk berwudul di masjid di lingkungan taman budaya itu. Ternyata kaki saya hampir tak merasakan sesuatu. Saya akhirnya memilih tayamum untuk shalat jamak qashar Dzuhur dan ashar di masjid itu. Di karpet yang tebal dan bersih itu, di hadapan mihrab, saya

merasakan kehangatan. Udara dingin seakan tak mampu menembus kulit tubuh, ketika persaudaraan Muslim memberikan kehangatan luar biasa.

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040