Nanggroe Aceh Darussalam adalah propinsi yang kaya akan sumber daya alam. Namun karena pecahnya konflik bersenjata yang berkepanjangan dan tertimpa bencana dahsyat seperti gempa bumi dan tsunami, Aceh menjadi salah satu daerah paling tertinggal dan miskin di Indonesia.
Delapan bulan berselang setelah bencana Tsunami, tepatnya pada 15 Agustus 2008 Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menandatangani kesepakatan damai di Helsinki, Finlandia. Peristiwa bersejarah itu membawa perdamaian dan kestabilan bagi Aceh dan bahkan seluruh Indonesia. Sejak itu, pembangunan kembali Aceh dan upaya perkembangan ekonominya mulai dilaksanakan.
Perkembangan pesat Tiongkok terutama di bidang ekonomi dan kesejahteraan umum telah menarik Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Irwandi Yusuf berkunjung ke Tiongkok untuk melakukan survei dan studi banding. Saudara Pendengar, mari kita simak bersama laporan selengkapnya berikut ini.
Tsunami dahsyat di akhir tahun 2004 telah memporak-porandakan Aceh dan menelan korban sebanyak 160 ribu jiwa. Demi rekonstruksi Aceh, GAM dan Pemerintah Indonesia mengumumkan gencatan senjata. Di saat yang sama, masyarakat internasional juga menyalurkan bantuan dana dan tenaga ahli dalam jumlah besar untuk membangun kembali Aceh. Irwandi Yusuf mengatakan,
Masyarakat internasional memainkan peranan penting dalam pembangunan kembali Aceh. Pemerintah dan rakyat Tiongkok telah memberikan bantuan dana senilai 500 juta yuan Renminbi atau sekitar 74,6 juta dolar AS. 60 gedung sekolah di Aceh kini sudah berdiri tegak, sistem peringatan dini gempa dan tsunami telah dipasang, dan kampung persahabatan Tiongkok-Indonesia di Aceh sudah dibangun. Banyak perusahaan Tiongkok yang berpartisipasi dalam pembangunan kembali Aceh dan proyek kerja sama kedua pihak telah berlangsung lancar.
Gubernur Yusuf beserta rombongan dua kali mengadakan inspeksi di Tiongkok dan membahas kerangka kerja sama. Dalam kunjungannya ke PT Pesawat Terbang Komersial Tiongkok, Gubernur Yusuf juga menginspeksi pesawat terbang yang akan dibelinya untuk mengembangkan industri penerbangan Aceh.
Setelah itu, agenda kegiatan Gubernur Yusuf dilanjutkan dengan peninjauan pembangunan infrastruktur di Shanghai. Dia mengakui sangat terkesan dan mengagumi perubahan besar dan perkembangan pesat Kota Shanghai.
Gubernur Yusuf mengatakan, setiap kunjungannya ke Tiongkok sangat bermanfaat baginya. Kini Aceh juga terus menerus berupaya memperbaiki lingkungan investasinya. Dia berharap lebih banyak perusahaan Tiongkok berminat menanam modal di Aceh.
Tahun depan adalah genap 60 terjalinnya hubungan diplomatik Tiongkok-Indonesia. Meskipun kedua negara pernah membekukan hubungan diplomatik, namun Tiongkok dan Indonesia kini sedang menuju ke arah persahabatan yang lebih sehat dan mantap.
Tiongkok dan Indonesia kini telah menjalin kemiteraan strategis. Zona Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN yang diharapkan berlaku mulai tahun depan, dipercaya dapat memperdalam perkembangan ekonomi dan perdagangan kedua negara. Berbicara mengenai peluang kerja sama kedua negara di masa depan, Gubernur Yusuf nampak sangat optimis.
Di tengah kekagumannya pada perkembangan pesat ekonomi Tiongkok, Irwandi Yusuf juga mempelajari pengalaman Tiongkok mewujudkan lingkungan hijau dengan harapan nantinya Aceh juga dapat mengembangkan ekonomi ramah lingkungan.