|

Kira-kira jam setengah empat sore kami naik maglev lagi kembali ke Stasiun Maglev dan Metro Jalan Longyang. Dari situ kami naik taksi ke Taman Yuyuan, tempat tamasya penting yang selalu tercantum dalam acara kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri. Dari Shanghai modern kita masuk ke Shanghai kuno. Taman Yuyuan asalnya adalah taman milik pribadi seluas 2 hektar yang dibangun lebih dari 4 abad yang lalu dimasa Dinasti Ming. Tentu saja desain arsitekturnya adalah gaya zaman itu, demikian juga lanskapnya. Pembangunannya makan waktu 20 tahun. Adalebih dari 40 karya seni bangunan seperti balai, punjung, anjungan, koridorberatap, jembatan, kolam, bukit batu tiruan, dan taman sari. Kita berkenalan dengan nama-nama Cadas Raya, Anjungan Sepuluh Ribu Bunga, Balai Musim Semi, Balai Kegemilangan Giok, Taman Dalam, dan Kolam Teratai.Sore itu pengunjung banyak sekali. Wisatawan asing pun tidak sedikit.
Benda budaya peninggalan sejarah kuno seperti Taman Yuyuan itu yang sangat banyak jumlahnya di Tiongkok benar-benar merupakan magnet perkasa yang menyedot wisatawan dari dekat dan dari jauh dalam jumlah yang terus membengkak. Sektor ini jelas menjadi penyumbang penting bagi pendapatan industri pariwisata Tiongkok. Dikatakan bahwa Taman Yuyuan adalah suatu keajaiban arsitektur yang tipikal di daerah hilir Sungai Yangtze.Kami juga mengunjungi Chenghuangmiao atau Kuil Dewa Kota yang berdekatan dengan Taman Yuyuan. Kuil ini pun berasal dari masa Dinasti Ming lima ratus tahun yang lalu. Sekarang tempat ini sudah menjadi pasar yang ramai dengan kekhususan perdagangan barang-barang seni dan kerajinan tangan. Seratus tahun yang lampau banyak penjaja dan pedagang kecil mulai membuka kedai di dekat Kuil Dewa Kota itu. Dewasa ini di sekitar kuil itu terdapat lebih dari seratus toko dan rumah makan. Banyak bangunan bertingkat. Jalan-jalan mulus bersilangan. Gaya bangunannya bersuasana zaman kuno yang khas Ming dan Qing. Bersama ribuan pengunjung itu kami menikmati suasana keramaian yang khas. Ada kesan kuat, melihat-lihat Shanghai harus ke Taman Yuyuan dan Chenghuangmiao.

Senja hari kami meninggalkan tempat itu untuk melihat-lihat kota di waktu malam. Udara panas berganti sejuk nyaman. Sesudah makan malam di restoran di Taman Jing'an yang asri dan tenang, di tengah-tengah hiruk-pikuk Shanghai yang berpenduduk 20 juta itu, kami lanjutkan perjalanan.Shanghai di waktu malam terang benderang. Lalu lintas kendaraan ramai, di mana-mana banyak orang. Gedung baru dan tinggi tak terbilang banyaknya.Arsitektur modern dan bahkan futuristik dengan bentuk yang serba aneh yang diterangi jutaan lampu aneka ragam dan warna kita jumpai di mana-mana. Taksi di Shanghai sama tarifnya, lain dengan di Beijing yang diberlakukan tiga macam tarif menurut mutu mobilnya. Di Shanghai digunakan sedan mutu terbaik, jadi tarifnya juga yang tertinggi, tarif buka pintu 10 yuan 3 kilometer, dan tarif per kilometer selanjutnya 2 yuan. Bus umum di sana hampir seragam, hampir semuanya buatan baru dan model baru, bahkan digunakan juga bus impor. Lain dengan Beijing yang bus umumnya banyak macamnya, bahkan yang model tahun 1960-an pun masih dipakai, dan tidak ada yang buatan luar negeri.
Di Wai Tan (The Bund, "Tanggul Besar") di tepi barat Sungai Huangpu taksi berjalan agak perlahan untuk memberi kesempatan kepada kamimenyaksikan berpuluh-puluh gedung besar dan megah peninggalan zamankolonial, berderet sepanjang dua kilometer. Yang tertua dibangun pada tahun 1897. Lain-lainnya dibangun berturut-turut dalam dasawarsa 1900-an, 1910-an sampai 1940-an. Gedung- gedung itu bagian terbesarnya berfungsi sebagai bank, kemudian kantor perusahaan dagang, ada juga hotel dan klub, hampir semuanya milik asing. Sekarang masih digunakan sebagai bank, kantor pemerintah, hotel, gedung serikat buruh. Gaya arsitekturnya aneka ragam bertema neoklasik Eropa yang tipikal dan menjadi tren masa itu. Di waktu malam kelompok besar gedung anggun itu dimodernisasi oleh sistem pencahayaan yang memesona. Itulah museum arsitektur awal abad ke-20. Wai Tan atau "Tanggul Besar" itu terdaftar sebagai warisan sejarah tingkat nasional dan tak boleh diusik. Ia sudah menjadi lambang Shanghai. Sisi lain jalan raya yang lebar itu penuh dengan kerumunan orang bersantai-santai sambil menikmati pemandangan indah Sungai Huangpu. Berseberangan dengan Wai Tan, di tepi timur Sungai Huangpu, adalah Distrik Baru Pudong yang penuh dengan bangunan tinggi bergaya ultramodern, di antaranya Menara TV Mutiara Timur dan Gedung Jin Mao berlantai 88.
1 2 3 4 5 6
|