|

Kedua tepi Sungai Huangpu dihubungkan oleh tujuh prasarana lalu lintas kendaraan bermotor berupa empat jembatan di atas air dan tiga terowongan di bawah air. Pada tahun 2020 nanti angka tujuh itu akan menjadi 16. Malam itu kami melintasi sungai dari tepi barat ke Pudong di tepi timur melalui terowongan, dan kembalinya melalui Jembatan Nanpu, yang dibuka untuk lalu lintas akhir tahun 1991 sebagai jembatan yang pertama dibangun di antara kedua tepi sungai. Sampai saat itu pembangunan kota hanya sebatas tepi barat saja. Tepi timur adalah tanah kosong berawa-rawa. Penyeberangan dilakukan dengan sarana kapal atau perahu feri yang sederhana dan berlayar sangat perlahan. Maka itu Jembatan Nanpu telah menjadi penanda penting tak terabaikan bagi Shanghai, sebagaimana juga Distrik Baru Pudong dan Menara TV, lambang kemajuan cepat ekonomi Shanghai. Panjang seluruh jembatan adalah 8,346 meter, kolong di atas air tingginya 45 meter sehingga kapal 50.000 ton bisa berlalu di bawah jembatan. Jembatan angkat-kabel itu bagian utamanya berukuran panjang846 meter dan lebar 30 meter dengan enam jalur. Dengan menara kembarnya yang berbentuk huruf H menjulang tinggi menggapai awan, danakses di barat berbentuk spiral sepanjang 3,5 kilometer, dilengkapi dengan cahaya beratus-ratus lampu, citra jembatan itu sungguh mengesankan.
Pada malam terakhir wisata Shanghai itu kami masih sempat mendatangi daerah hiburan baru yang paling ngetop di Shanghai, yaitu Xintiandi ("Bumi langit baru"), yang terletak di pusat kota. Tempat ini asalnya adalah kompleks perumahan lama gaya shikumen ("gerbang batu") yang hanya ada di Shanghai. Rumah yang digunakan oleh Mao Zedong dan kawan-kawan seperjuangannya untuk mengadakan rapat pembentukan Partai Komunis Tiongkok (PKT) di tahun 1921 adalah salah sebuah rumah shikumen buatan awal tahun 1900-an. Xintiandi yang sekarang ini adalah hasil renovasi dan pembangunan kembali yang mengubah rumah-rumah batu lama itu menjadi butik (gerai busana), restoran, kafe, bar, dan klub. Tempat itu menjadi lebih ramai lagi sejak selesainya tahap kedua pengembangan kembali di tahun 2002 dengan bertambahnya jumlah toko, tempat makan minum, dan hiburan, termasuk bioskop, dan kedai eskrim, gerai seni dan kerajinan, salon kecantikan dan tata rambut. Ada juga pusat kebugaran modern bertaraf internasional yang serba lengkap. Luas areal yang tadinya 30.000 meter persegi bertambah menjadi 50.000 meter persegi. Xintiandi yang siang dan malam penuh dengan manusia dari segenap penjuru dunia itu terbagi menjadi Blok Utara dan Blok Selatan. Di Blok Utara bangunan-bangunan antik dengan desain interior, dekorasi dan perlengkapan modern digunakan sebagai aneka restoran yang menyajikan aneka masakan dari Prancis, AS, Jerman, Inggris, Italia, Jepang, dan Taiwan, Hongkong serta daerah-daerah Tiongkok lainnya. Garis pemisah di antara dua blok itu ialah Jalan Xingye, tempat beradanya rumah yang digunakan untuk Kongres Pertama PKT. Di Blok Selatan, arsitektur modern memegang peranan utama, sedang shikumen yang paling tinggi berlantai tiga itu berperan sebagai pendamping. Di samping fasilitas belanja, hiburan dan makan minum, masih ada gedung apartemen mewah, dan ada juga ruang parkir bawah tanah. Festival Mode Internasional Shanghai Ke-10 digelar dekat Danau Taiping di Xintiandi. Berkat desain arsitekturnya yang khas, yaitu pusat makan minum, hiburan, rekreasi, eceran, dan fasilitas budaya, dagang dan hunian, di rumah-rumah shikumen yang direnovasi maupun bangunan-bangunan baru gaya mutakhir, Xintiandi telah meraih beberapa hadiah dan penghargaan arsitektur dari lembaga terkait di dalam dan luar negeri.

Kami bertiga, grup kecil wisata bebas mandiri, menghayati suasana malam Xintiandi dengan duduk santai di sebuah restoran setengah terbuka. Di pelataran beton dan semen di depan mata kami seorang gadis muda belia bergaun merah sebatas lutut tiba-tiba muncul entah dari mana. Musik orkestra rekaman mengalunkan nada-nadanya yang enak didengar, dan gadis itu mulai menggerakkan badannya, menarikan tari balet dengan sangat trampil. Dengan segera terbentuklah lingkaran besar penonton. Si gadis makin bersemangat meneruskan tariannya hingga selesai, yang langsung disambut dengan tepuk tangan dan sorak gembira riuh rendah dari para penonton yang makin banyak jumlahnya. Tak terduga, setelah mengundurkan diri dari lingkaran penonton beberapa saat, si penari balet itu datang masuk lingkaran lagi dan menari balet lagi, tapi lain koregrafinya. Tepuk tangan dan sorak lagi. Usai menarikan babak kedua itusi gaun merah tidak muncul lagi. Tapi Xintiandi terus ramai pengunjung danramai aneka suara. Gemerincing piring, mangkok dan gelas, cakap dan tawamanusia, nyanyian dan musik aneka irama dan gaya dari seluruh dunia. Itulah obyek wisata yang bersejarah di kota yang bersejarah, Xintiandi, yangoleh pengembangnya dicita-citakan menjadi penjabaran "hari kemarin bertemu dengan hari esok di Shanghai hari ini." Dan cita-cita ini bukanlahimpian lagi.
Mudiro
Penasihat bahasa Indonesia di Pustaka Bahasa Asing (Foreign Languages Press), Beijing, sejak 1964.
Beijing, 5 Agustus 2005 1 2 3 4 5 6
|