Selain itu, dilihat jauh ke depan, gelombang pengungsi berkemungkinan mendatangkan kesulitan yang lebih besar bagi saling penerimaan dan peleburan berbagai peradaban dan bangsa yang berbeda. Mengenai hal itu, Kanselir Jerman Angela Merkel dengan terus terang menyatakan bahwa krisis pengungsi adalah sebuah krisis yang sedang melanda Eropa dan lebih serius daripada krisis utang Yunani.
Meskipun pemerintah negara anggota Uni Eropa sedang berdebat mengenai masalah pengungsi, akan tetapi, bagi jutaan pengungsi yang sudah memasuki daratan Eropa, sekarang tak ada jalan mundur lagi bagi Uni Eropa. Mengenai krisis pengungsi, Uni Eropa berturut-turut mengadakan pertemuan puncak untuk membahas kebijakan tanggapan, termasuk meluluskan tindakan darurat "sistem kuota", mendirikan lebih banyak pusat penampungan pengungsi di Yunani dan negara-negara garis depan lainnya, pencapaian rencana pemindahan dan penampungan pengungsi, mempercepat pendaftaran dan penerimaan pengungsi, serta pemulangan pengungsi yang tidak memenuhi syarat perlindungan.
Sementara itu, Uni Eropa memindahkan fokusnya ke negara dan daerah lain. Turki merupakan negara yang harus dilewati pengungsi untuk mencapai Yunani. Kini terdapat 2 juta lebih pengungsi yang tertahan di Turki. Untuk sedapat mungkin menahan pengungsi tersebut tinggal di Turki, Uni Eropa akan menyediakan 3 miliar Euro kepada Turki untuk menampung pengungsi yang kini masih tertahan di Turki. Negara-negara Semenanjung Balkan merupakan "stasiun peralihan" penting bagi pengungsi untuk pergi ke Jerman dan negara-negara lain di Eropa utara. Uni Eropa juga telah mengadakan pertemuan puncak darurat mengenai masalah pengungsi dengan negara-negara Balkan termasuk Albania, Serbia dan Makedonia, dan telah mencapai rancangan kerja sama yang terdiri dari 17 butir. Uni Eropa juga telah mencapai rencana aksi mengenai masalah pengungsi dengan pemimpin Afrika.
Akan tetapi, tindakan tersebut hanya membantu untuk sementara, tidak menangani secara tuntas. Gelombang pengungsi kali ini sebagian besar adalah pengungsi perang dari Suriah, Irak dan Afghanistan. Oleh karena intervensionisme Barat, sejak tahun 2011 kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara terus terjebak dalam kerusuhan, dan kekacauan dalam negara Suriah juga mendorong perkembangan organisasi ekstrim "ISIS". Krisis regional akhirnya menimbulkan efek spillover dan mengakibatkan sejumlah besar pengungsi membanjiri Eropa.