-- By Dharmawan
Kelabunya kabut tebal dan dinginnya rintik hujan menyambut kami saat mendarat di bandara Hefei yang terbilang cukup sederhana. Pesawat kami berputar-putar cukup lama di udara sebelum mendarat, susah menembus kelabu pekat yang merata di seluruh penjuru. Di bulan November ini, hujan adalah keseharian. Jalanan begitu lengang, kami memasuki kawasan distrik baru pemerintahan yang disiapkan untuk menjadikan ibukota Provinsi Anhui ini menjadi kota berstandar internasional.
Pemandu lokal dengan penuh bangga mengisahkan betapa penting arti kota Hefei dalam sejarah Tiongkok. Jaksa Bao, hakim legendaris yang terkenal karena keadilannya, adalah putra kebanggaan kota Hefei. Kisah legendaris Tiga Kerajaan alias Sam Kok, juga punya kaitan erat dengan kota ini, ia berkata. Sang filsuf Laotzu, ahli pengobatan Hua Tuo, seniman Hu Shi, sampai presiden Tiongkok sekarang Hu Jintao, semua adalah bagian dari kebanggaan provinsi ini. Dan jangan lupa, gunung megah Huangshan yang sudah menjadi trademark utama di sini, yang karena keindahannya sejak ribuan tahun lalu dikenal di Tiongkok dengan pameo: siapa pun yang pergi ke Huangshan tidak perlu melihat gunung lain mana pun.
Di tengah lengangnya jalanan Hefei, terlihat sesuatu yang pasti: perubahan. Di mana-mana di sudut kota yang sedang menggeliat ini, alat derek konstruksi terlihat sibuk membangun barisan gedung yang sebentar lagi akan mencakar langit. Megaproyek dengan arsitektur futuristik berderet di sepanjang jalan. Auditorium, teater, stadium, hotel berbintang lima, ..., dan segera mereka akan memiliki bandara internasional modern berkelas dunia---yang kata seorang warga setempat akan berukuran hampir menyamai Bandara Internasional Beijing.