Ketika Sejarah dan Turisme Bergandeng Tangan
  2011-11-10 15:24:06  CRI

"Warga sini menyukai air," kata pemandu setempat, "Bagi mereka, hujan adalah emas dan salju adalah perak. Mereka tidak pernah memakai payung. Danau buatan yang ada di tepi dusun juga dibangun dengan sengaja, untuk menampung hujan yang bagi mereka adalah rejeki."

Tepat setelah ia mengatakan itu, seorang kakek melintas tergesa-gesa dengan bertudung payung.

Kami memasuki bangunan rumah kuno yang berada di bawah bayang gelap, sementara setitik sinar yang menyeruak dari lubang besar di atap. Rumah-rumah di sini umumnya tidak punya jendela, karena di zaman dahulu mereka menghadapi ancaman digarong para pencoleng dan perampok.

Bagi saya, Chengkan adalah lembaran sejarah yang masih hidup. Ini bukan sekedar bangunan kuno tempat para turis mengagumi keindahan arsitektur. Ini adalah desa yang hidup. Nenek yang tinggal di rumah kuno tadi adalah benar-benar nenek yang membesarkan cucunya. Kakek yang tertawa sambil memamerkan gigi ompong di bawah tudung topi caping adalah petani sungguhan yang mencari tanaman liar di hutan perbukitan. Petani mengeringkan jagung yang berjajar di dinding, karena mereka benar-benar ingin mengeringkan jagung, bukan untuk menjadi tontonan para turis.

1 2 3 4 5 6 7
Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040