Huangshan Modern di Mata Musafir Kuno
  2011-11-11 10:30:05  CRI

Xu Xiake di zamannya adalah seorang ahli geografi yang sangat tersohor. Ia sudah mendatangi banyak gunung di Tiongkok, dan dengan penuh keyakinan mengukuhkan Huangshan sebagai gunung di atas semua gunung. Dua kali kunjungannya pada tahun 1615 dan 1618, juga dengan catatan perjalanannya yg begitu puitis, juga mempunyai peran besar dalam menentukan wajah Huangshan hari ini. Huangshan telah menjadi salah satu atraksi utama industri Tiongkok, ditargetkan menyedot 4 juta turis dalam dan luar negeri setiap tahun.

Sekarang bolehlah kita berandai-andai, apa jadinya jika sang musafir kuno Xu Xiake datang kembali ke Huangshan di tahun 2011 ini. Bayangkan, sang musafir itu menemukan lorong waktu yang membawanya melintasi dimensi zaman, meloncat 400 tahun, dan menghirup segarnya abad milenium kita ini. Tidak mungkin, Anda berkata. Saya tidak peduli, saya tetap akan membawa Anda memasuki dunia perandai-andaian ini.

Pertama-tama, Xu Xiake mungkin merasakan leganya duduk di atas bus besar yang modern dan nyaman, mendengarkan penjelasan pemandu yang menanyai semua penumpang, "Mengapa Huangshan (Gunung Kuning) dinamai dengan warna kuning?". Ia mungkin akan tersenyum mendengar cuplikan catatan perjalanannya selalu dikutip oleh semua pemandu yang membawa bendera bertuliskan Biro Pariwisata XX. Ia mungkin malah akan memuja para pemandu itu, yang dengan fasih melaporkan statistik geografis Huangshan jauh lebih akurat daripada pengetahuannya sendiri: ketinggian, temperatur, luas area, koordinat, iklim, jumlah spesies flora dan fauna, ....

1 2 3 4 5 6
Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040