Xu Xiake di zamannya adalah seorang ahli geografi yang sangat tersohor. Ia sudah mendatangi banyak gunung di Tiongkok, dan dengan penuh keyakinan mengukuhkan Huangshan sebagai gunung di atas semua gunung. Dua kali kunjungannya pada tahun 1615 dan 1618, juga dengan catatan perjalanannya yg begitu puitis, juga mempunyai peran besar dalam menentukan wajah Huangshan hari ini. Huangshan telah menjadi salah satu atraksi utama industri Tiongkok, ditargetkan menyedot 4 juta turis dalam dan luar negeri setiap tahun.
Sekarang bolehlah kita berandai-andai, apa jadinya jika sang musafir kuno Xu Xiake datang kembali ke Huangshan di tahun 2011 ini. Bayangkan, sang musafir itu menemukan lorong waktu yang membawanya melintasi dimensi zaman, meloncat 400 tahun, dan menghirup segarnya abad milenium kita ini. Tidak mungkin, Anda berkata. Saya tidak peduli, saya tetap akan membawa Anda memasuki dunia perandai-andaian ini.
Pertama-tama, Xu Xiake mungkin merasakan leganya duduk di atas bus besar yang modern dan nyaman, mendengarkan penjelasan pemandu yang menanyai semua penumpang, "Mengapa Huangshan (Gunung Kuning) dinamai dengan warna kuning?". Ia mungkin akan tersenyum mendengar cuplikan catatan perjalanannya selalu dikutip oleh semua pemandu yang membawa bendera bertuliskan Biro Pariwisata XX. Ia mungkin malah akan memuja para pemandu itu, yang dengan fasih melaporkan statistik geografis Huangshan jauh lebih akurat daripada pengetahuannya sendiri: ketinggian, temperatur, luas area, koordinat, iklim, jumlah spesies flora dan fauna, ....