Huangshan Modern di Mata Musafir Kuno
  2011-11-11 10:30:05  CRI

Wajah Xu Xiake berseri-seri setelah mendengar bahwa ternyata Huangshan bukan lagi soal mendaki ke puncak. Di sini ia bisa menyeruput teh, menikmati budaya kuliner Anhui, berendam di pemandian air panas, belanja suvenir, e-business (kalau dia tahu apa artinya), ikut biro tur untuk menjelajah dunia, dan menyelami lautan industri budaya. Dia pasti bangga, Huangshan bukan lagi sekedar milik Anhui, sekedar milik Tiongkok, tetapi sudah menjadi milik semua umat manusia di seluruh dunia. Huangshan adalah warisan budaya dan alam UNESCO, sehingga setiap jengkal pembangunan di sini harus mendapat restu dari badan dunia itu. Manusia dengan berbagai warna kulit mengerumuni pegunungan ini. Xu Xiake bahkan terpingkal-pingkal mendengar setiap tahun ada sekitar 30 ribu pengunjung dari negeri antah-berantah bernama Indonesia yang datang ke Huangshan, dan mereka punya sifat khas cepat merasa lelah walaupun hanya mendaki beberapa langkah saja.

Ia akhirnya menemukan sesudut tempat yang sunyi menghadap lautan gunung dan urapan awan. Ia merenungi pohon-pohon pinus yang merambah, seperti yang ia lihat ratusan tahun lalu. Tidak berubah! Hatinya mulai berpuisi melihat lautan awan di garis cakrawala. Ia mulai bermeditasi soal filsafat perjalanan dan arti kata eksplorasi. Tiba-tiba pundaknya ditepuk seorang kawan dari abad milenium, cucu moyangnya sendiri yang dengan bangga berkata, "Kami sudah melakukan pekerjaan pelestarian lingkungan ini dengan cukup baik, bukan?"


1 2 3 4 5 6
Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040