Sampai di atas, dia termenung menatap awan yang menyingsing perlahan dari bukit-bukit menjulang. Dia ingin merenungi arti dari setiap lekukan gunung dan untaian pohon pinus, nyanyian angin dan awan. Tapi belum sampai dia merenung, dari belakang sudah terdengar suara keras dan elektrik dari pemandu: "Lihatlah gunung itu. Itu seperti kakek tua pemetik obat. Lihat! Itu kepalanya! Itu jubahnya! Itu keranjang di belakangnya! Anda bisa ambil gambar di sini! Cepat! Cepat! Waktu kita tidak banyak! Pengunjung yang sudah selesai, ayo jalan!" Barisan pengunjung lain sudah siap menjepretkan kamera dan memberi isyarat, "Minggir! Minggir!"
Di zamannya dulu ia berkawan pena dan kertas, melukiskan pemandangan ajaib yang dijumpainya. Teman-teman seperjalanan di abad milenium ini punya alat yang lebih canggih: kamera digital dan telepon seluler. Pegunungan ini juga sudah dipenuhi sinyal elektromagnetik. Xu bahkan menganga menyaksikan di puncak gunung sudah berdiri menara radar yang berubah fungsi menjadi stasiun cuaca, memberi laporan ramalan cuaca secara akurat hingga beberapa hari ke depan.
Kepalanya semakin pening menyaksikan bahwa kuil Qingliang di puncak bukit tempat ia dulu menginap bersama biksu Tao kini telah berubah menjadi hotel bintang lima yang megah. Harganya pun megah: 8.888 Y (sekitar Rp 12 juta) per malam untuk presidential suite, dan minimal 1.000 Y untuk kamar biasa. Harga kamar ini sangat mahal, karena untuk memelihara lingkungan, pemerintah Tiongkok memutuskan untuk tidak menambah lagi jumlah kamar yang tersedia dalam enam hotel yang ada di puncak gunung. Sebagai musafir nenek moyangnya backpacker, Xu pun memutuskan untuk mendirikan kemah (setelah membayar 50 Y). Xu terpaksa menahan lapar karena tidak ada lagi kuil yang memberi makan dan tumpangan gratis. Semua makanan dibawa dari kaki gunung sampai ke puncak oleh para porter yang terengah-engah membawa pikulan sampai seberat 60 kilogram. Semua bahan santapan para penginap di hotel di puncak gunung, mulai dari sayuran sampai ikan segar, dibawa secara manual oleh para porter yang harus setiap hari naik-turun gunung. Tak heran kalau harganya lebih mahal berlipat-lipat daripada biasa.