Huangshan Modern di Mata Musafir Kuno
  2011-11-11 10:30:05  CRI

Di zamannya Xu Xiake membutuhkan waktu tiga hari untuk mendaki Huangshan. Hari pertama, mendung. Hari kedua, hujan. Hari ketiga, matahari bersinar cerah. Dalam tiga hari pendakian ini, ia menemukan berbagai warna Huangshan yang begitu puitis dan filosofis. Tapi di zaman milenium ini, perjalanan itu dikompres menjadi belasan menit dengan cable car (setelah dengan berat hati sekali lagi ia merogoh 80 Y dan menangisi Kuil Lembah Awan yang sudah musnah dan telah berubah menjadi tempat antrean cable car). Mendung di pintu masuk, titik-titik air dari awan dan kabut selama perjalanan dengan kereta modern sambil mengagumi pemandangan tipis gunung di kejauhan, dan matahari yang terik bersinar sampai di puncak.

Jalan sempit dan berbahaya di tepi tebing yang dilukiskannya 400 tahun lalu, kini sudah berubah menjadi undak-undakan tangga yang rapi dengan ketinggian rata-rata 15-20 sentimeter per undakan. Dia tidak perlu takut terpeleset jatuh ke jurang, sekalipun ia ingin berjalan serong ke kiri atau ke kanan, karena undak-undakan itu lebar sekali, tak kurang dari 2 meter, dan masih ada rantai logam dan pegangan sebagai pengaman. Kisah pendakian yang dulu dilukiskannya: "menapaki salju untuk mencari jalan, menghancurkan es untuk membuka jalan踏雪寻径、凿冰开路" telah dipermudah dan dipernyaman menjadi "perjalanan menyusuri undak-undakan."

Xu Xiake harus diberitahu, semua fasilitas jalan yang sangat nyaman ini mulai dibangun sejak 1979, setelah sang pemimpin Tiongkok Deng Xiaoping datang berkunjung dan mengatakan, "Huangshan adalah tempat baik untuk mengeksploitasi turisme. Kita harus mengangkat nama Huangshan." Penduduk setempat kini berterima kasih kepada Deng, karena berkatnya Huangshan menjadi surga pariwisata Tiongkok.

1 2 3 4 5 6
Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040