Huangshan Modern di Mata Musafir Kuno
  2011-11-11 10:30:05  CRI

Sang musafir kemudian akan menepuk jidat setelah mendapati bahwa rintangan pertama yang dihadapinya bukanlah serangan harimau liar yang tersohor di tanah Huanan (Tiongkok Selatan), melainkan kamar-kamar mungil bertuliskan huruf besar-besar: TIKET. Dewasa: 230 Y. Dengan berat ia merogoh sakunya (kebetulan dia punya uang---tak usah ditanya dari mana), sambil bertanya dalam hati: mengapa naik gunung ciptaan sang alam pun harus membayar. Dengan hati yang masih dipenuhi tanda tanya dan tangan yang menggenggam kartu magnetik, ia memasukkan kartunya di mesin di sebelah pintu besi yang berputar otomatis. Klik. Begitu ia menginjakkan kaki secara resmi di balik kaunter tiket, datanya langsung terkirim ke pusat kendali. Keberadaan seorang Xu Xiake menambah satu angka pada jumlah pengunjung yang berada di kawasan wisata Huangshan. Jumlah pengunjung harian ditentukan maksimal pada angka 40 ribu orang per hari.

Dia pasti terbelalak menyaksikan bahwa dirinya bukan lagi seorang eksplorer yang merambah daerah tak dikenal. Dia hanya satu dari puluhan ribu jiwa yang menyemuti Huangshan. Sunyi yang mengiring perjalanan pendakiannya di gunung yang lebat oleh pepohonan kini sudah menjadi kata absurd. Bahkan dia sempat pingsan ketika saya beritahu untuk berhati-hati menghadapi kemacetan saat mendaki di Huangshan.

Macet? Di jalan sempit yang meliuk-liuk di pinggang gunung itu kini dibanjiri lautan turis. Tetapi Xu Xiake sebenarnya tidak perlu khawatir. Manusia di zaman milenium ini punya teknologi yang tidak pernah akan dipahami olehnya, dan saya pun tidak punya cukup banyak waktu untuk menjelaskan padanya. Kalau Anda hidup di zaman sekarang, Anda tentu tahu: GPS. Koordinat seorang Xu Xiake bersama 39.999 pengunjung lainnya semua terpantau di komputer super canggih, yang langsung menggambarkan rute gunung mana yang lagi macet karena kebanyakan pengunjung, rute mana yang masih longgar. Petugas dari gunung kemudian akan beredar untuk meredakan kemacetan para pendaki, mengalihkan rute perjalanan biro-biro tur yang menggiring lusinan turis, dan memberi informasi arahan jalan bagi para pemandu yang membawa bendera warna-warni sambil bicara melalui alat pengeras suara elektrik. Semua berlangsung secara real time. Ah, satu kata lain yang tidak dimengerti Xu Xiake.

1 2 3 4 5 6
Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040