Sang musafir kemudian akan menepuk jidat setelah mendapati bahwa rintangan pertama yang dihadapinya bukanlah serangan harimau liar yang tersohor di tanah Huanan (Tiongkok Selatan), melainkan kamar-kamar mungil bertuliskan huruf besar-besar: TIKET. Dewasa: 230 Y. Dengan berat ia merogoh sakunya (kebetulan dia punya uang---tak usah ditanya dari mana), sambil bertanya dalam hati: mengapa naik gunung ciptaan sang alam pun harus membayar. Dengan hati yang masih dipenuhi tanda tanya dan tangan yang menggenggam kartu magnetik, ia memasukkan kartunya di mesin di sebelah pintu besi yang berputar otomatis. Klik. Begitu ia menginjakkan kaki secara resmi di balik kaunter tiket, datanya langsung terkirim ke pusat kendali. Keberadaan seorang Xu Xiake menambah satu angka pada jumlah pengunjung yang berada di kawasan wisata Huangshan. Jumlah pengunjung harian ditentukan maksimal pada angka 40 ribu orang per hari.
Dia pasti terbelalak menyaksikan bahwa dirinya bukan lagi seorang eksplorer yang merambah daerah tak dikenal. Dia hanya satu dari puluhan ribu jiwa yang menyemuti Huangshan. Sunyi yang mengiring perjalanan pendakiannya di gunung yang lebat oleh pepohonan kini sudah menjadi kata absurd. Bahkan dia sempat pingsan ketika saya beritahu untuk berhati-hati menghadapi kemacetan saat mendaki di Huangshan.
Macet? Di jalan sempit yang meliuk-liuk di pinggang gunung itu kini dibanjiri lautan turis. Tetapi Xu Xiake sebenarnya tidak perlu khawatir. Manusia di zaman milenium ini punya teknologi yang tidak pernah akan dipahami olehnya, dan saya pun tidak punya cukup banyak waktu untuk menjelaskan padanya. Kalau Anda hidup di zaman sekarang, Anda tentu tahu: GPS. Koordinat seorang Xu Xiake bersama 39.999 pengunjung lainnya semua terpantau di komputer super canggih, yang langsung menggambarkan rute gunung mana yang lagi macet karena kebanyakan pengunjung, rute mana yang masih longgar. Petugas dari gunung kemudian akan beredar untuk meredakan kemacetan para pendaki, mengalihkan rute perjalanan biro-biro tur yang menggiring lusinan turis, dan memberi informasi arahan jalan bagi para pemandu yang membawa bendera warna-warni sambil bicara melalui alat pengeras suara elektrik. Semua berlangsung secara real time. Ah, satu kata lain yang tidak dimengerti Xu Xiake.